Saya ingin menyampaikan 3 petuah hebat dari seorang dosen. Petuah tentang manajemen diri agar hidup berkualitas dalam pergaulan.
Kata ‘berkualitas‘ yang dimaksud adalah pribadi yang disenangi dalam pergaulan.
Saya mengenal beberapa dosen di jurusan selama kuliah S1. Hampir semua dosen jurusan pernah bekerjasama dengan saya.
Kerjasama ini biasanya dalam riset, asisten dosen, atau sekedar membantu mereka membuat poster karya ilmiah, dan masih ada beberapa varian lagi.
Ini membuat intensitas interaksi dengan mereka semakin banyak.
Ilmu penting yang didapatkan dari mereka bukan semata ilmu, akademik.
Namun, juga ada beberapa dari sekian banyak tentang adab, tata krama atau cara bergaul dan berteman.
Gunakan 3 Kalimat ini dalam Pergaulan
Salah satu hal yang bermanfaat dan ternyata jarang yang mengaplikasikan untuk berkawan dan mempengaruhi orang lain adalah tiga kalimat sakti berikut.
1. Minta Maaf
Kebiasaan meminta maaf adalah sebuah kebaikan. Meminta maaf bukan berarti anda salah dan orang lain benar.
Tetapi karena hatimu lebih tinggi daripada egomu.
Ada perbedaan tiap manusia dalam hal meminta maaf. Ada manusia yang sangat susah meminta maaf dan ada pula yang susah memberi maaf atau memaafkan orang lain.
Tetapi, meminta maaf terlebih dahulu adalah sebuah keistimewaan tersendiri. Istimewa, dikarenakan tidak semua orang mampu untuk melakukannya.
Dalam diri manusia, ada sebuah naluriah terkait dengan maaf ini. Naluri itu adalah garizatul baqa’ atau naluri mempertahankan diri.
Mempertahankan diri disini variannya banyak, turunannya banyak. Mulai dari mempertahankan eksistensi, mempertahankan status quo, mempertahankan pendapat, mempertahankan gengsi, dan lain yang sejenis.
Pada intinya berusaha mempertahankan ke ‘aku’ annya.
Ini normal, namun pribadi yang luhur bersikap dan bertindak bukan karena dorongan naluri semata namun ia memperhatikan substansi lain yakni akal dan aturan Allah SWT (syariah Allah), berpikir tasyri’ menurut para ulama.
Kebiasaan meminta maaf harus dimulai dari hal-hal kecil. Meminta maaf bisa meredam segala ketegangan dalam berinterkasi.
Sebagai manusia biasa, bisa saja ada hal yang dianggap sepele namun berat di hati orang lain. Ya, bisa saja orang lain tersinggung dengan ucapan yang keluar dari mulut.
Maka dari itu, harus dibiasakan meminta maaf atas kesalahan dan ucapan yang menyinggung sekecil apa pun itu.
Meminta maaf tidak membuat diri rendah di mata orang lain. Namun, meminta maaf ini bukan pula sebuah tahap final dari sebuah sikap.
Ia masih membutuhkan ‘kawan’ lain yakni, berusaha untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Tanpa ‘menyesal dan tidak mengulangi kesalahan yang sama’, maka permintaan maaf menjadi sebuah obralan saja. Sangat murah.
2. Minta Tolong
Kebiasaan meminta tolong juga jarang dilakukan orang lain. Kebiasaan ini jarang dilakukan saat menyuruh orang lain; entah itu kepada bawahan, pembantu, teman, sahabat dan sebagainya.
Kebiasaan menggunakan kata ‘minta tolong’ dalam memerintah itu penting. Memerintah secara langsung, membuat orang lain biasanya enggan.
Contohnya, disaat orang lain (adik) dimintai tolong tanpa menggunakan kata minta tolong, “Dek, ambilkan sapu yang ada di belakang pintu !“.
Coba bandingkan dengan kalimat berikut, “Dek, minta tolong ambilkan sapu yang ada di belakang pintu !“.
Dengan menambahkan sedikit saja kata dalam percakapan membuat efek yang sangat banyak. Pada kalimat pertama, mungkin orang yang akan disuruh akan melaksanakan.
Namun, dalam hatinya bisa jadi terbit rasa ‘keberatan’.
Dengan menggunakan kata ‘minta tolong’, akan membantu rasa berat di hati itu menjadi ringan. Ada sihir yang dibawa kata ‘minta tolong’, yakni membantu membawa beban di hati dari sebuah perintah.
Kata minta tolong, mengeliminasi dan menghilangkan sifat seenaknya. Seenak-enaknya dia, orang lain yang kena celaka.
Minta tolong mengindikasikan bahwa ada pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan pada saat itu, menunjukkan kekurangan dan mempercayakan orang lain untuk mengurangi beban kerja yang hadapi.
3. Terima Kasih
Kebiasaan selanjutnya adalah kebiasaan mengucapkan terima kasih. Mengucapkan terima kasih atas bantuan orang lain merupakan suatu bentuk pengakuan dan penghargaan atas apa yang dilakukan orang lain.
Seperti, kata ‘minta tolong’, berterima kasih adalah lanjutan dari proses itu.
Dalam skenario di atas, setelah sang kakak meminta tolong kepada adiknya untuk mengambil sapu yang ada di belakang pintu setelah perintah itu dilaksanakan, maka kata selanjutnya yang harus diucapkan adalah ‘terima kasih’.
Berterima kasih atas jerih payah, sumbangsih, kerja orang lain adalah sebuah apresiasi. Manusia memiliki kecenderungan merasa bangga jika mampu berkontribusi, bermanfaat bagi orang lain.
Maka, senangkan hati saudara, sesama manusia dengan cara membiasakan mengucapkan terima kasih atas apa yang telah dilakukan.
Penggunaan kata sederhana ini juga jarang diterapkan orang lain adalah saat berada di rumah makan, restoran, atau di tempat parkir.
Pelayan atau tukang parkir, walaupun melayani tamu atau membantu memarkirkan kendaraan orang lain adalah tugas profesinya.
Misalnya, saat memesan makanan kepada seorang pelayan dan makanan tersebut dihidangkan di atas meja makan. Diusahakan untuk membiasakan berterima kasih atas pelayanannya.
Berterima kasih harus diucapkan dari mulut. Walaupun, pada akhirnya makanan yang dipesan dibayar.
Begitu pun untuk kasus tukang parkir, walaupun tarif parkir telah dibayarkan. Tetapi, seyogyanya diusahakan mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang telah mereka lakukan.
Membiasakan berterima kasih atas pelayanan dan pekerjaannya adalah sebuah sikap baik yang perlu dipelihara.
Berterima kasih atas jerih payah, kerja keras, atau pelayanan sekecil apa pun dari orang lain membuat hati orang lain menjadi senang.
Seorang dosen kenalan, yang juga pernah menjadi pejabat menceritakan rahasianya mengapa ia dicintai oleh bawahannya.
Rahasianya adalah sebab ia mampu menghormati pekerjaan bawahannya.
Menurutnya, salah satu cara menghormati dan mengapresiasi bawahan adalah dengan jalan berterima kasih atas pekerjaannya.
Ini adalah cara untuk menjaga hubungan jangka panjang.
Memang kelihatannya remeh, sederhana dan kecil namun implikasinya di masa yang akan datang sangat besar. Ya, bisa dikatakan ini adalah sebuah investasi sikap.