Skip to content

Merindukan Surga dan Berlomba dalam Kebaikan

Langkah-langkah kehidupan yang dijalani hari ini akan menentukan sampai dimana dan posisi bagaimana manusia. Sehingga ada quote yang cukup populer di telinga saya, “Kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok” (Hasan Al-Banna).

Disaat diresapi, quote ini akan membuat hidup lebih bergairah, memacu diri untuk membuat planning masa depan, sekaligus melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan.
Merindukan-Surga-dan-Berlomba-dalam-Kebaikan

Merindukan Surga dan Berlomba dalam Kebaikan

Kalau mimpi hari ini adalah surga-ridha AllahSWT-maka kemungkinan besar kenyataan yaumil akhir adalah surga dan Ridha Allah SWT akan ada dalam genggaman. Di dalam Islam, terkhusus dalam Al Quran banyak ayat-ayat yang menyampaikan berita gaib kepada manusia, yakni adanya hari pembalasan. Hari pembalasan adalah hari dimana dibalaskannya setiap pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia selama hidupnya di dunia.
Dan, yang harus diketahui bahwa hidup di dunia ini adalah kumpulan hari-hari yang dihabiskan di dalamnya. Hidup itu tergantung pada siapa, dimana dan apa yang dihabiskan didalamnya. Silahkan Anda baca di postingan saya “Kau adalah Waktu yang Engkau Habiskan“.
Hidup memang kelihatan begitu sederhana, namun kenyataan yang dilalui biasanya memberikan anggapan kepada bahwa dunia itu begitu rumit. Di saat masalah menghadang, krisis, dan perkara yang tidak disukai dihadapi, sedikit atau banyak akan membuat anggapan bahwa dunia begitu susah untuk dijalani.

Namun, mungkin sejenak harus dipikirkan dengan pikiran yang jernih, kemudian mengaitkan dengan pengetahuan, pengalaman hidup dan senantiasa mengaitkannya dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan ini. Niscaya akan menjadi gas pendorong yang dapat menggaraihakan hidup untuk melakukan kebaikan.

Selain mengabarkan dan menggambarkan tentang surga dan neraka, di dalam Al Quran  juga memerintahkan manusia untuk melakukan perlombaan. Perlombaan yang dimaksud adalah perlombaan dalam melakukan kebaikan.

Kalau dunia adalah dianalogikan sebagai arena perlombaan dan pertandingan, maka tentu sebagai seorang yang ikut lomba, atlit akhirat. Kita harus merebut poin demi poin, angka demi angka untuk bertahta di podium tertinggi yang bisa diraih, Ridha dari Allah SWT.

Merindu tidak Sekedar Merindu
Mendapatkan poin atau angka dalam pertandingan dunia ini maka dibutuhkan sebuah keberanian untuk melangkah bahkan melesat. Begitu pun surga ditempati bukan oleh mereka yang hanya sebatas merindu, namun nol melakukan kebaikan. Sekedar mengkhayalkan sampai di langit ketujuh, namun tidak ada aksi- amalan -untuk menaiki tangga kebaikan yang paling tertinggi.
Maka merindukan surga membutuhkan langkah. Langkah itu adalah dengan melakukan kebaikan sembari mencegah segala kemungkaran. Berusaha memaksimalkan diri melaksanakan apa yang ada di dalam Al Quran Sunnah, tanpa kompromi.

Bukan seperti realitas hari ini yang dirasakan, diliat, dan diamati bahwa ajaran yang ada dalam Al Quran dan Sunnah hanya sebagian kecil yang bisa dilaksanakan dan diterapkan dalam kehidupan.

Untuk membahas ini tentu akan panjang. Dalam Al Quran dan Sunnah, kita diwajibkan untuk berpuasa namun disisi lain kewajiban untuk melaksanakan dan menerapkan hudud tidak bisa terlaksana. Oh, sungguh ini menjadi sinyal dari ayat Al Quran yang menyeru dan menyuruh orang-orang yang beriman untuk masuk Islam secara kaffah (menyeluruh).
Kebaikan Terkecil dan Terbesar
Menilai dan menakar kebaikan adalah sebuah kemustahilan buat manusia. Karena tentunya pahala adalah sesuatu yang gaib, belum pernah dilihat, dirasa, diraba, belum pernah teramati dalam laboratorium bentuk dari pahala itu. Maka mustahil manusia dapat menakar kebaikan itu, kecuali datang dari dalil yang ada dalam Al Quran Sunnah.
Quote yang masih saya ingat terkait ini adalah “Betapa banyak amalan yang besar menjadi ringan hanya karena niat, dan betapa banyak amalan kecil menjadi besar hanya karena niat”.
Apa yang bisa saya ambil pelajaran dari sini? Memang betul adalah amalan-amalan unggulan yang diberitakan oleh Al Quran dan Sunnah, namun lakukanlah sesuai kemampuan dan kapabilitas yang dimiliki. 
Dan tentu, sebelum terjebak jauh karena merasa ada banyak kebaikan. Ada hal lain yang patut dicatat baik-baik, bahwa dalam amal atau aktivitas ada skala prioritas.

Mendahulukan perkara wajib sebelum melaksanakan perkara yang sunnah atau mubah. Perkara lain yang ada kaitanya dengan pembahasan ini, silahkan Anda baca dalam postingan saya “Ikhlas atau Tulus Berbagi“.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *