Bismillahir rahmanir rahiim….
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Nasihat menasihati dalam kebaikan dan nasihat menasihat dalam menepati kesabaran” (Al-Asr ayat 1-3).
Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengatur. Menggunakan segala sumber daya yang ada untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Sumber daya yang ada termasuk di dalamnya adalah waktu.
Waktu atau masa merupakan sesuatu yang berharga bagi manusia. Dan manusia sendiri bisa dilihat dari kumpulan hari-hari yang dilewatinya. Sebelumnya saya sudah membahas mengenai waktu. Baca di postingan yang berjudul “Kau adalah waktu yang engkau habiskan“.
Pada postingan kali ini ingin lebih mengulik tentang manajemen waktu. Ini adalah hasil refleksi dari surah Al-Asr di atas dan bagaimana Allah SWT kemudian mengatur pelaksanaan ibadah-ibadah untuk manusia seperti sholat, puasa ataupun lain sebagainya.
Dalam surah Al-Asr, Allah SWT bersumpah atas nama waktu (masa). Sebuah ayat yang harus diperhatikan baik-baik oleh manusia. Waktu menjadi sesuatu yang sangat penting dan harus diperhatikan penggunaanya karena Allah SWT kemudian bersumpah atas nama waktu.
Dzat Yang Maha Mulia lagi Sempurna kemudian bersumpah agar manusia memperhatikan penggunaan waktu ini. Berhati-hati terhadapnya, karena Imam Ali Karamallahu wajha pernah mengatakan bahwa waktu itu ibarat sebagai pedang yang bisa saja memotong atau melukai diri kita sendiri. Dan Allah SWT sebagai Tuhan yang tiada Raja di atas raja kemudian bersumpah untuk meyakinkan manusia akan waktu. Sebuah sumpah yang luar biasa, mengingat Allah SWT merupakan Dzat yang tidak pernah ingkar atas ketetapannya kemudian bersumpah atas nama waktu untuk mengingatkan manusia.
Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan rugi. Pada hakikatnya manusia yang di muka bumi ini dalam keadaan rugi. Namun, diberikan pengecualiaan oleh Allah SWT yaitu orang-orang yang beriman dan beramal saleh kemudian nasihat menasihati dalam kebaikan, al haq atau Islam dan nasihat menasihati dalam menepati kesabaran.
Jadi, dalam surah Al Asr manusia dikatakan tidak rugi jika manusia memenuhi syarat-syarat yakni beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran (Islam), dan saling menasihati dalam menepatinya atau berpegang teguh kepada Islam.
Secara lebih sederhana, penggunaan waktu atau cara memanajemen waktu dalam Islam adalah mencurahkan segala daya dan upaya hanya kepada Islam. Beriman kepada Allah SWT kemudian menyebarluaskan Islam (Al Haq) dengan jalan saling mengingatkan dalam hal ini bisa dilakukan dengan jalan dakwah. Proses saling mengingatkan ini terbagi menjadi dua yakni menepati Islam atau konsekuen dengan Al Haq (Islam) kemudian bersabar dengan kebenaran atau Islam itu.
Maka, dalam kehidupan ini semua yang dilakukan oleh manusia harus terikat dengan Islam. Sebagai konsekuensi dari penggunaan waktu. Waktu yang tidak sia-sia. Bahkan, banyak ulama yang menyatakan bahwa segala yang di dunia semuanya tercela kecuali perkara berdzikir atau mengingat kepada Allah SWT.
Maka keberadaan diri seorang muslim di dunia ini adalah dengan menghiasi dan mengisi setiap spasi waktunya dengan jalan menjalankan, mengembankan dan menyebarluaskan Al Haq (Islam). Dibutuhkan upaya saling mengingatkan walaupun seorang alim pun harus diingatkan. Manusia tidak luput dari dosa, dan tidak ada manusia yang ma’sum (suci), kecuali para nabi dan rasulNya.
Seorang pejabat harus mengayomi rakyatnya, tetapi di sisi lain pejabat itu pun harus menerima nasihat dari bawahannya jika ia melakukan kesalahan. Seorang ayah atau kedua orang tua harus mengasuh anak-anaknya dengan asuhan yang baik, bimbingan yang baik. Namun terkadang, ia juga harus mendengar nasihat dari anak-anaknya. Seorang kakak adalah contoh bagi adik-adiknya, namuan ia juga harus dengan lapang hati menerima dan menjalankan nasihat kebenaran yang disampaikan oleh adiknya.
Konsekuensi untuk menjalankan Islam dalam setiap waktu dan tempat atau dalam setiap penggunaan waktu yang digunakan oleh manusia, tiada lain dikarenakan Islam mampu untuk menjawab segala permasalahan dan kebutuhan manusia. Permasalahan dan kebutuhan manusia sebanarnya hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluriah (gharizah) nya. Kebutuhan dan permasalahan manusia pada hakikatnya akan tetap sama, namun hanya berlainan bentuk. Berlainan bentuk dikarenakan berbedanya fakta dan informasi yang didapatkan atau yang tersedia.
Islam tetap bisa menjawab segala permasalahan manusia kapan pun dan dimana pun. Risalah Islam telah disempurnakan dan menjadi petunjuk bagi manusia dari dulu dan akan tetap relevan di masa-masa yang akan datang.
Hal ini disebabkan, di dalam Islam telah menetapkan kaidah-kaidah dasar kemudian manusia dianjurkan untuk mencari atau mengembangkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi manusia dengan jalan penggalian hukum. Penggalian hukum ini biasa disebut dengan ijtihad.
Pelajaran dan sinyalimen tentang bagaimana Islam menggambarkan atau menjelaskan bagaimana cara mengatur waktu juga bisa dilihat atau ditelaah dalam pelaksanaan sholat lima waktu. Allah SWT telah menetapkan bagi seorang muslim akan kewajiban sholat, namun Allah juga menetapkan waktu-waktu pelaksanaanya. Penetapan waktu pelaksanaan waktu sholat bukan semata-mata tanpa hikmah, namun juga terdapat tanda-tanda (ayat-ayat) yang ingin dijelaskan oleh Allah SWT lewat penciptaanNya terhadap segala yang ada di dunia ini.
Dalam sholat, ada waktu yang telah ditentukan. Bahkan, jika kita ingin melihat dan berpikir dalam sehari manusia tidak bisa terlepas dari pelaksanaan sholat. Salah satu jawabannya adalah agar manusia tidak lepas atau berhenti dari mengingat Allah SWT. Baik waktu yang dia sukai maupun waktu yang dia benci misalnya. Baik dalam waktu lowongnya, maupun dalam waktu sibuk-sibuknya. Baik dalam waktu sebelum istirahat maupun setelah istirahatnya. Hal ini semua melandaskan bahwa manusia tidak boleh berlepas diri dari mengingat Allah SWT.
Dari upaya untuk senantiasa untuk mengingat Allah SWT, ini juga bisa menjadi dasar atau patokan bagi manusia untuk saling mengingatkan terhadap sesamanya. Tentu, saling mengingatkannya bukan dalam perkara apa-apa kecuali senantiasa mengingatkan untuk senantiasa dan selalu terikat dengan Islam.
Jadi, waktu dalam sehari semalam yang dimiliki oleh manusia tidak boleh lepas dari Islam. Dengan begini, dia tidak akan tergolong manusia yang rugi di sisi Allah SWT. Dan beginilah seharsunya seorang muslim dalam memanajemen atau menggunakan waktunya, senantiasa terikat dan melandaskannya dalam aturan Islam. Wallahu ‘alam. [Indrawirawan].