Bismilillahir rahmanir rahim…
“Dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang berpikir“
Realitas dari makhluk adalah keterbatasan.
Kehidupan sosial, interaksi dengan manusia lain mampu menunjukkan kebesaran dn ke-Maha Kuasaan Tuhan di dalamnya. Betapa tidak, di lingkungan sosial atau dalam berinteraksi manusia mampu merasakan dan mengindera sendiri bagaimana bentuk-bentuk kepribadian manusia satu dengan manusia lain. Semuanya berlainan, ada yang sesuai dengan harapan kita dan tidak sedikit pula tingkah mereka bertentangan dengan harap kita.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala keunikan mereka dan saya pun berpikir, orang-orang yang menilai manusia satu sama lain punya keunikan juga dalam melihat sudut pandang manusia. Subhanallah.
Tiap diri kita punya kekurangan. Kekurangan dalam bentuk varian dan macam yang berbeda. Kekurangan adalah sesuatu yang melekat pada makhluk, dan saya merasakan sebuah ketakjuban luar biasa akan segala kekurangan manusia. Tiada lain karena dibalik kekurangan itu, Allah SWT masih memberikan kelebihan untuk manusia.
Orang-orang yang kelihatan dan nampak sukses di dunia ini-dengan berbagai sudut pandang sukses- bukanlah orang yang tanpa cela. Namun begitulah manusia, mata dan pandangan kita biasanya terbelalak dengan kesuksesan yang diraih tanpa melihat bagaimana cara atau proses mereka mendapatkan kesuksesan itu.
Silahkan perhatikan detil-detil atau tanda-tanda itu. Saya tidak perlu menjelaskan atau memberikan contoh-contoh orang-orang hebat. Cukup perhatikan orang-orang yang ada dalam sekeliling kita.
Di balik kecerdasannya di kelas, ternyata hidupnya harus bersahabat dengan penyakit mematikan yang dia bawa. Di balik ketidak mampuan mencerna pelajaran, ternyata dia adalah katalisator atau penghibur yang ulung dalam pergaulan. Di balik sifat dinginnya yang meringis, ternyata dia adalah pribadi yang tulus dan loyal. Di balik segala pembangkangan dan ceplas-ceplosnya dalam menginterupsi segala pendapat kita, ternyata dia adalah pribadi yang penyayang dan rela berkorban.
Tubuhnya dan fisiknya tidak diberikan kesempurnaan, namun dia adalah pribadi jujur dan paling lapang dada diantara teman-temannya. Di balik keteledorannya, ternyata dia adalah pembuka dan pengembang pembicaraan yang ulung. Di balik ketampanan dan kegagahannya, ternyata dia adalah pengdengkur luar biasa.
Realitas-realitas seperti itulah dalam kehidupan. Jadi, jika hati ini masih berkecil hati dan mengkerut dengan segala gerutu yang ada, maka sepantasnya dia membuka pikirannya melihat tanda-tanda Tuhan dalam ciptaanNya. Dia harus keluar dari zona koptasi pemikiran, keluar melihat segala fenomena.
Dibutuhkan kedewasaan jika begitu memang adanya, karena ini adalah sebuah keniscayaan. Jika demikian, bangun segala kepercayaan diri, kepercayaan bahwa dalam segala kekurangan kita ternyata masih tersisa segala kelebihan yang kita miliki. Jangan besar-besarkan masalah yang demikian, karena dia melekat pada penciptaannya sebagai manusia.
Kedewasaan dan kemampuan memahami realitas kehidupan membuat diri ini bisa bebas dari segala prasangka buruk. Pra sangka buruk kepada sesama manusia, dan terlebih lagi kepada Sang Khaliq. Maka berbahagialah, kekurangan bukan untuk ditangisi dan disesali.
Namun, mari mereduksi, membatasi, menyesuaikan dan mengikat segala kekurangan dan kelebihan kita dengan aturan syariah, aturan Allah SWT. Karena kelebihan bukanlah patokan kebaikan, dan kekurangan bukan pula patokan keburukan. Wallahu a’lam.